Archives

Cara Instal Driver Sound

Saat kita menginstal windows dengan bangganya bisa berhasil, tapi saat kita mulai menginstal driver – driver yang diperlukan!eh malah ada yang tidak cocok, walo benar sich semua terinstal tanpa masalah tapi waktu dijalankan masih ada yang kurang. Sering kali yang bermasalah driver sound, padahal sudah benar dalam menginstalnya. Saya mempunyai cara untuk mengakalinya.

1. 1. Klik Start

2. Pilih dan Klik Run

3. KetikRegedit trus OK

4. Pilih dan Klik HKEY_LOCAL_MACHINE5. Pilih dan Klik SYSTEM6.Pilih dan Klik CurrentControlSet7. Pilih dan Klik Control
8.
Turunkan Crusor masih dalam folder Control
9.
Pilih dan Klik Windows

10. Pilih dan Double Klik pada tulisan CSDVersion

11. Ubahlah Value data menjadi lebih kecil dari semula

Contoh: :xp 3=300 ubah menjadi xp 2= 200 atau ke xp 1=100

12. Klik OK

13. Restart Komputer

14. Kemudian Installah Driver Sound seperti biasa, bila gagal ????????

Pakai Cara Instal Driver Sound Ini:

1. Buka folder Driver Sound

2. Pilih dan Double Klik kb888111 – selesai

3. Pilih dan Klik HDMI_R239

4. Kemudian ubahlah Value data pada poin 11 seperti semula.

Selamat Mencoba

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Agama Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul – Nya, mulanya di Mekkah kemudian di Madinah selama ± 23 tahun. Komponen utama agama Islam adalah aqidah, syari’ah, dan akhlak yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadis. Selain tentang komponen utama agama Islam, di dalam al-Quran terdapat pula perkataan ilmu ( pengetahuan tentang sesuatu ). Perkataan ‘ilm dilihat dari sudut kebahasaan mempunyai makna penjelasan, apabila dipandang dari sudut akar artinya kejelasan. Sedangkan menurut al-Quran ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap makhluk lain.

A. Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam

Kedudukan berasal dari kata duduk yang artinya tempat yang diduduki sesuatu dalam pola tertentu. Jika kita berbicara tentang kedudukan akal dan wahyu dalam Islam, yang dimaksudkan adalah tempat akal dan wahyu dalam sistem agama Islam.

Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang artinya pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu pengetahuan). Selain itu, akal juga mengandung beberapa arti, diantaranya mengikat dan menahan, dapat pula diartikan mengerti, memahami dan berpikir.

Akal mempunyai kedudukan didalam Islam yang sangat penting, karena akal merupakan wadah yang menampung akidah, syari’ah serta akhlak. Dengan menggunakan akalnya, manusia dapat berbuat, memahami, dan mewujudkan sesuatu. Karena posisi akal tersebut, maka muncullah ungkapan yang menyatakan bahwa akal adalah kehidupan, hilang akal berarti kematian ( Osman Raliby, 1981: 37 ).

Selain akal terdapat pula wahyu yang juga berasal dari kata Arab yaitu al-wahy yang mempunyai arti suara, api dan kecepatan. Selain itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Sedangkan untuk al-wahy itu sendiri mengandung arti pemberitaan secara tersembunyi dan dengan cepat. Wahyu lebih dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Allah kepada para nabi”. Didalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada uamt manusia untuk dijadikan pegangan hidup.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan akal dan wahyu dalam ajaran Islam merupakan sokoguru ajaran Islam, dan ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran Islam, wahyulah yang pertama dan utama, sedang akal adalah yang kedua. Dan akal manusia harus dimanfaatkan dan dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan Allah dalam wahyu-Nya itu.

B. Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu Dalam Islam

v Klasifikasi menurut al-Farabi

1. Ilmu Bahasa (dirinci menjadi tujuh bagian)

2. Logika (dibagi menjadi delapan bagian)

3. Ilmu-ilmu Matematis (dibagi ke dalam tujuh bagian)

4. Metafisika (dibagi menjadi tiga bagian)

5. Ilmu Politik (dua bagian), Ilmu Fikih (dua bagian), Ilmu Kalam (dua bagian)

v Karakteristik klasifikasi ilmu menurut al-Farabi

1. Sebagai petunjuk umum kearah berbagai ilmu, sehingga pengkaji dapat memilih subyek-subyek yang benar-benar mambawa manfaat bagi dirinya.

2. Memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki (urutan tingkatan) ilmu

3. Berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar.

4. Menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim (menuntut pengakuan) diri ahli dalam suatu ilmu tertentu (Osman Bakar, 1997: 146-148)

v Klasifikasi menurut al-Gazali

1. Ilmu-ilmu teoritis dan praktis

Ilmu teoretis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya. Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat nanti.

2. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai

Didasarkan atas pembagian dan cara-cara mengetahuinya

3. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual

Ilmu keagamaan adalah ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir melalui akal manusia biasa. Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek (daya atau kecerdasan berpikir).

4. Ilmu fadu’ain (kewajiban setiap orang), dan ilmu fardu kifayah (kewajiban masyarakat)

Fardu’ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Fardu kifayah merujuk kepada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi yang bersifat mengikat komunitas (kelompok orang)muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan.

v Qutubuddin al-Syirazi

1. Ilmu filosofis (kefilsafatan)

Yaitu ilmu teoretis dan praktis.

2. Ilmu nonfilosofis

Ilmu ini di istilahkan sebagai ilmu religius.

Menurut al-Quran, seperti diisyaratkan dalam wahyu pertama yang telah disebut diatas, ilmu dibagi dua, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia (‘ilm ladunni) dan ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (‘ilm kasbi atau ilmu insani).

Menurut kamus besar bahsa Indonesia, ilmu pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab akibat. Teknologi ialah kemampuan teknik berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah lapangan kegiatan yang terus berkembang karena (umumnya) bermanfaat bagi kehidupan manusia.

C. Kewajiban Menuntut Ilmu

Kalau klasifikasi Gazali dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Karena pengetahuanlah yang membedakan manusia dari malaikat dan semua makhluk lainnya. Melalui pengetahuan kita dapat mencapai kebenaran, dan kebenaran (al-Haqq) adalah nama lain dari Yang Nyata dan Yang Hakiki (Allah) (C. A. Qadir, 1989: 6,7)

Al-Quran menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang tidak berilmu. Menurut al-Quran hanya orang-orang yang berakal (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran (QS. 39: 9). Dan hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah (QS. 35: 28) bersama dengan para malaikat (QS. 3: 18). Hanya orang-orang yangberilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan (misal) (QS. 29: 43).

Ilmu yang terdapat dalam al-Quran diteladankan oleh Nabi melalui ucapan, perbuatan dan sikap beliau. Menurut sunnah Nabi Muhammad, manusia, dalam hubungannya dengan ilmu, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : orang yang berilmu (‘alim), pencari ilmu (muta’allim), dan orang awam. Ilmu wajib dituntut, dicari oleh setiap orang selama hayat dikandung badan dimanapun ilmu itu berada, karena orang yang mencari ilmu berjalan di jalan Allah, melakukan ibadah. Dan ilmu memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam pergaulan, perisai terhadap musuh.

SDLC (Sistem Development Life Cycle)

SDLC (Sistem Development Life Cycle)

Sistem Informasi adalah suatu sinergi antara data, mesin pengolah data (yang biasanya meliputi komputer, program aplikasi dan jaringan) dan manusia untuk menghasilkan informasi. Jadi sistem informasi bukan hanya aplikasi perangkat lunak. Sistem Informasi ada pada hampir setiap perusahaan atau instansi untuk mendukung kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Biasanya porsi pengerjaan pengembangan sistem informasi diserahkan kepada orang-orang yang bekerja di bidang Teknologi Informasi.Dalam membangun suatu sistem informasi (dalam hal ini lebih mengacu kepada pengertian aplikasi perangkat lunak) digunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle atau SDLC).

SDLC terdiri dari sejumlah tahapan yang dilaksanakan secara berurutan. Secara umum tahapan dari SDLC adalah sebagai berikut:

Pengumpulan data (data gathering)Jika sudah ada sistem yang berjalan sebelumnya maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dihasilkan dari sistem yang ada. Pengumpulan laporan (report), cetakan (print-out), dsb baik yang sudah ada maupun yang diharapkan untuk ada pada sistem yang baru. Interview dan questionnaire terhadap orang-orang yang terlibat dalam sistem juga mungkin perlu dilakukan. Apabila sistem yang akan dikembangkan benar-benar baru (belum ada sistem informasi sebelumnya) maka pada tahapan ini pengembang bisa lebih menekankan kepada studi kelayakan dan definisi sistem.
Analisa SistemJika tahapan pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan klien atau pengguna sistem informasi, maka mulai dari tahapan analisa lebih banyak dilakukan oleh pihak pengembang sendiri. Analisa terhadap sistem yang sedang berjalan dan sistem yang akan dikembangkan. Mendefinisikan objek-objek yang terlibat dalam sistem dan batasan sistem.

Perancangan Sistem (design)Merancang alir kerja (workflow) dari sistem dalam bentuk diagram alir (flowchart) atau Data Flow Diagram (DFD). Merancang basis data (database) dalam bentuk Entity Relationship Diagram (ERD) bisa juga sekalian membuat basis data secara fisik. Merancang input ouput aplikasi (interface) dan menentukan form-form dari setiap modul yang ada. Merancang arsitektur aplikasi dan jika diperlukan menentukan juga kerangka kerja (framework) aplikasi. Pada tahapan ini atau sebelumnya sudah ditentukan teknologi dan tools yang akan digunakan baik selama tahap pengembangan (development) maupun pada saat implementasi (deployment).

Penulisan kode program (Coding)Programming (desktop application) atau Scripting (web-based application) hanyalah salah satu tahapan dari siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan oleh satu atau lebih programmer. Jika tahapan analisa dan perancangan sistem telah dilakukan dengan baik, maka porsi tahapan coding tidaklah besar.

TESTING biasanya tahapan ini dilakukan oleh Quality Assurance dari pihak pengembang untuk memastikan bahwa software yang dibangun telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu metodenya bisa dengan menginput sejumlah data pada sistem baru dan membandingkan hasilnya dengan sistem lama. Apabila diperlukan maka tahapan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu testing oleh pihak pengembang (alpha testing) dan testing oleh pihak pengguna (beta testing).

Instalasi Pada pengembangan aplikasi Client-Server, umumnya terdapat server untuk development, testing dan production. Server development berada di tempat pengembang dan dipergunakan selama pengembangan dan bisa juga setelahnya untuk perbaikan aplikasi secara terus menerus (continuous improvements). Server testing berada di tempat pengembang dan bisa juga di tempat pengguna apabila diperlukan beta testing. Setelah aplikasi dirasa siap untuk dipergunakan maka digunakanlah server production yang berada di tempat pengguna. Pada prakteknya di tempat pengembang juga bisa terdapat server production yaitu server yang memiliki spesifikasi hardware dan software yang sama dengan server di tempat pengguna. Hal ini dimaksudkan agar apabila ditemukan error atau bug pada aplikasi di tempat pengguna maka pengembang dapat mudah mencari penyebabnya pada server production mereka.

Pelatihan Pihak pengembang memberikan training bagi para pengguna program aplikasi sistem informasi ini. Apabila sebelumnya tidak dilakukan beta testing maka pada tahapan ini juga bisa dilangsungkan User Acceptance Test.

Pemeliharaan Maintenance bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan oleh pihak pengguna benar-benar telah stabil dan terbebas dari error dan bug. Pemeliharaan ini biasanya berkaitan dengan masa garansi yang diberikan oleh pihak pengembang sesuai dengan perjanjian dengan pihak pengguna. Lamanya waktu pemeliharaan sangat bervariasi. Namun pada umumnya sistem informasi yang kompleks membutuhkan masa pemeliharaan dari enam bulan hingga seumur hidup program aplikasi.

Secara teori inilah siklus hidup pengembangan sistem. Namun pada prakteknya hal ini tidaklah selalu mulus untuk dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan sistem informasi. Terutama adalah pada faktor manusia yang terlibat. Dari pihak pengembang, kurangnya keahlian dan pengalaman bisa menyebabkan kesalahan dalam satu tahapan sehingga menyebabkan siklus ini harus diulangi dari tahapan yang salah. Bisa terjadi bahwa siklus ini dilakukan sampai berulang-ulang. Dari pihak pengguna, idealnya perlu bersama-sama dengan pihak pengembang untuk memahami sistem informasi mulai dari awal siklus hidup pengembangan sistem. Namun yang sering terjadi pihak pengguna menyerahkan semuanya kepada pihak pengembang sehingga pada saat implementasi (testing atau training) pihak pengguna tidak menyetujui (menolak) sebagian atau seluruh rancangan dari sistem yang telah selesai dibangun oleh pihak pengembang. Apabila perlu dilakukan revisi dan pengulangan tahapan siklus hidup pengembangan sistem tentu saja akan menambah beban biaya, tenaga dan waktu dari kedua belah pihak. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan banyak proyek pengembangan sistem informasi gagal atau berhenti di tengah jalan.

Category:   Leave a Comment
Pengaruh Lingkungan dan Budaya Terhadap Organisasi

PENGARUH LINGKUNGAN DAN BUDAYA TERHADAP ORGANISASI

Budaya organisasi dipengaruhi oleh lingkungan tempatnya berada, karena organisasi adalah sebuah sistem yang terbuka, yang selalu berdaptasi dengan lingkungan agar dapat meraih tujuannya. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan sosial, politik, alam dan berbagai variabel lingkungan lainnya. Secara lebih spesifik budaya organisasi juga berbeda di setiap organisasi, tergantung visi, misi dan strategi organisasi dalam upaya mencapai tujuannya.

Terdapat enam sumber utama yang sangat mempengaruhi budaya organisasi. Pertama, budaya masyarakat atau budaya nasional di mana organisasi berada secara fisik. Kedua, visi, gaya manajerial, dan kepribadian para pendiri organisasi atau pemimpin yang dominan. Ketiga, macam bisnis yang digeluti dan nature of business environment. Keempat, struktur organisasi. Struktur organisasi misalnya struktur birokratis akan melahirkan pula budaya yang cenderung birokratis. Kelima, pelanggan. Perilaku pelanggan akan berpengaruh terhadap perilaku organisasi. Misalnya sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang menerbitkan majalah remaja akan mempengaruhi perilaku anggota organisasi agar dapat memahami kebutuhan dan selera mereka. Keenam, tradisi warisan organisasi yang tercermin dalam nilai maupun artefak.

Berbagai sumber budaya organisasi ini menjadikan budaya setiap organisasi bersifat spesifik dan unik. Dari ancangan ini, maka budaya organisasi bersifat relatif dan tidak ada budaya yang baik atau buruk, tetapi yang ada adalah budaya itu sesuai atau tidak.

Hostfede misalnya, mengemukakan kenisbian budaya berdasarkan kebangsaan yang diidentifikasi dari empat indikator yaitu maskulinitas, penghindaran terhadap ketidakpastian, jarak kekuasaan (power distance), dan individualisme.


Misalnya untuk indikator power distance di Indonesia memperoleh skor yang tinggi (78) sementara Perancis 68, Jepang 54, dan Amerika Serikat 40. Berarti organisasi-organisasi di Indonesia cenderung memiliki jarak kekuasaan yang jauh antara pemimpin dan bawahannya, karena perbedaan kekuasaan yang lebar ini diterima dalam budaya masyarakat Indonesia.

Dalam menjelaskan relativitas budaya ini untuk Asia, contohnya diwakili organisasi bisnis Cina, dan perusahaan Jepang. Untuk menjelaskan relativitas budaya organisasi, pemilahan menjadi Cina Daratan dan Perantauan dapat menggambarkan besarnya pengaruh lingkungan dan waktu terhadap budaya organisasi.

Sementara Jepang menggambarkan budaya organisasi yang berbeda dengan Barat, ternyata juga dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan organisasi. Misalnya, konsep manajemen mutu dari Barat dinterpretasi ulang sesuai dengan budaya Jepang dan menghasilkan keunggulan daya saing.

Budaya Organisasi Cina : Daratan Dan Perantauan

Di Cina Daratan perubahan sistem politik telah melahirkan budaya yang khas.Budaya organisasi telah menjadi perhatian kalangan bisnis Cina sejak pertengahan dekade 80-an. Mereka mengembangkan budaya organisasi yang khas Cina, dengan menyempurnakan budaya tradisional maupun budaya perekonomian pasar yang kompetitif. Lahirlah identitas perusahaan Cina yang unik, yang mencerminkan budaya tradisional Cina dan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh perubahan sosial politik dan ekonomi yang sangat cepet

Perbedaan terbesar struktur organisasi perusahaan Cina dan perusahaan Barat terutama adanya sistem manajemen paralel. Yaitu sistem administrasi dan struktur kepemimpinan internal yang melibatkan orang-orang di lingkungan Partai Komunis yang disebut sistem dua kendali.

Sementara ciri yang menonjol dari Overseas Chinese Family Business (OCFB) adalah terjadinya hibridisasi antara modernis barat dan tradisionalis timur yang mempengaruhi nilai-nilai dan aspek lain dari budaya.

OCFB melakukan pendekatan secara eklektik ide-ide barat maupun ide-ide timur, yang bercirikan jejaring entrepreneurial berlandaskan ketrampilan dalam membangun kepercayaan dan fleksibilitas yang dapat menjadi modal organisasi virtual dan post modern yang berhasil di abad keduapuluhsatu di Barat.

Hibridisasi nilai-nilai dari kedua budaya merupakan ciri khas sekaligus merupakan salah satu keunggulan budaya OCFB. Apalagi juga menyerap nilai dan budaya dari masyarakat setempat, yang mempermudah dalam beradaptasi dan mengembangkan usaha dalam konteks budaya dimana mereka berada.

Jepang

Falsafah manajemen Jepang adalah falsafah manajemen yang mengantisipasi perubahan, peka terhadap perubahan, serta melakukan perbaikan-perbaikan dengan pendekatan yang khas.

Falsafah kerja Jepang menganggap bahwa cara hidup, cara bekerja, kehidupan sosial, rumah tangga, dan segala sesuatu harus disempurnakan setiap saat. Jadi penekanan falsafah kerja Jepang adalah pada upaya-upaya perbaikan, terutama agar dapat menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis. Dalam menganut falsafah tersebut dituntut kepekaan terhadap perubahan. Tujuannya agar tidak terlena oleh keadaan yang mapan dan statis, senantiasa merubah dan berubah (melakukan perubahan ke arah yang positif/perbaikan), agar ketahanan bisnis terhadap perubahan lingkungan terjamin.



Manajemen Jepang telah mengikuti falsafah yang berintikan penyempurnaan/perbaikan yang terus menerus. Bahkan falsafah ini telah tertanam sedemikian rupa dalam pikiran manajemen serta karyawan, yang tertuang dalam Kaizen.

Jadi budaya organisasi yang tepat tidak harus selalu Western oriented

Saat ini kita berada pada era pengetahuan, era di mana orang makin menyadari pentingnya peran dan pengetahuan, baik yang bersifat tidak berwujud (pengetahuan tacit) maupun yang sudah dipraktekkan dalam kehidupan (pengetahuan eksplisit), sehingga potensi manusia menjadi sangat penting di dalam membangun suatu organisasi belajar, yang anggota-anggotanya memiliki kemauan dan kemampuan untuk terus meningkatkan pengetahuannya serta bekerja dan belajar bersama dengan anggota organisasi yang lain.

Penelitan ini fokus pada proses transformasi potensi sosial individu menjadi modal sosial kelompok. Proses transformasi ini membutuhkan suatu media yang menjadi habitat yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya pengetahuan yang sinergistik. Senge (1990) mengungkapkan 5 disiplin yang harus dipenuhi agar suatu organisasi dapat menjadi organisasi belajar, yaitu penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental models), berbagi visi (shared vision), berpikir sistemik (system thinking), dan pembelajaran tim (team learning). Selain itu, anggota organisasi hanya mau menyumbangkan potensi insaninya bagi kepentingan organisasi jika terdapat budaya kerja yang kondusif untuk itu. Budaya perusahaan yang penuh dengan keterbukaan dan rasa saling percaya, bebas dari rasa saling curiga dan rasa takut, serta kondusif bagi proses berbagi pengetahuan yang sinergistik, biasanya dikenal sebagai budaya yang tansformasional.

Hipotesis penelitian ini adalah bahwa modal sosial kelompok hanya akan dapat terbentuk dari potensi sosial individu yang bekerja di dalam suatu lingkungan belajar yang kondusif dan di dalam budaya yang transformasional. Berdasarkan dari data yang terkumpul dari 3 perusahaan Indonesia, yang terdiri dari 41 kelompok kerja, ternyata hipotesis ini belum dapat sepenuhnya dibuktikan. Hal ini dikarenakan kualitas lingkungan belajar yang kurang memadai di ketiga perusahaan tersebut. Penelitan ini baru bisa membuktikan bahwa:

1. Potensi sosial individu tidak dapat secara langsung membentuk modal sosial kelompok.

2. Potensi sosial individu dapat membentuk modal sosial kelompok jika bekerja di dalam budaya yang transformasional.